Pengaruh
Masuknya Ajaran Hindu-Budha di Indonesia
by: jumroh atunnisa
Masuknya pengaruh
unsur kebudayaan Hindu-Budha dari india telah mengubah dan menambah khasanah
budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
a. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat indonesia menganut
kepercayaan animisme. Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu agama
Hindu-Budha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut
membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata cara krama,
upacara-upacara pemujaan dan bentuk tempat peribadatan.
b. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalakan oleh orang-orang
India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan
kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas
tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu lahir kerajaan-kerajaan seperti
kutai, tarumanegara dan sriwijaya.
c. Arsitektur
Salah satu tradsi megalitikum adalah punden berudak-undak.
Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami perbuatan bangunan
candi. Jika kita memperhatikan candi borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya
beberbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan
budaya india-Indonesia.
d. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan
beberapa prasasti besar berhuruf pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya
diri dengan bahasa sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang
merupakan hasil serapan dari bahasa sanskerta yaitu Pancasila, Dasa Dharma,
Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dsb.
e. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan
besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab
Ramayan dan Mahabarata. Adnya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia
untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia:
1. Arjunawiwaha,
karya Mpu Kanwa
2. Sotasoma, karya
Mpu Tantular, dan
3. Negarakertagama,
karya Mpu Prapanca
Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
A. Perkembangan Agama Hindu, Budah di Indonesia
1. Pengaruh Hindu dan budha di Indonesia
Berdasarkan ditemukannya bukti tulisan yang berhuruf pallawa dan Bahasa
Sanseketa di kerajaan Kuta dan Tarumanegara menujukkan pengaruh Hindu budha dan
india yang sangat kuat dalam perkembangan sejarah inonesia. tulisan tulisan
tersebut mengubah bangsa indonesia memasuki babakan baru jaman sejarah,
terutama dengan ditemukannya prasasti tujuh yupa di kalimatan timur.
2. Masuknya Budaya Hindu Budha
Proses masuknya dan berkembangnya agama hindu dan budha ini melalui jalur
perdagangan India, cina, indonesia. pembawa agama agama Budha melalui misi penyiaran
yang disebut Dharma Dhuta. sedangkan pembawa agama Hindu ke indonesia antara
lain golongan ksatria, Brahmana, sudra dan waisya.
B.Kehidupan Sosial Politik Ekonomi dan Kebudayaan di Indonesia pada
Masa Kerajaan Hindu-Budah
1. Kerajaan Kutai
Kerjaan ini terletak di kalimatan timur dan tertua di indonesia.
peninggalan bersejarah yang di temukan adalah tujuh Buah Prasati yang di
pahatkan di atas tiang bantu disebut YUPA. Prasasti ini berhuruf pallawa dan
berangka tahun 400M. Raja yang pernah memerintah kerajaan kutai adalah
kudungga, Aswawarman, Mulawarman. dengan ditemukannya prasasti tersebut bangsa
indonesia memasuki babkan baru zaman sejarah.
2. Kerajaan Taruma Negara ( abad 5 M)
Kerajaan ini letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. prasasti yang ditemukan
semua berhuruf pallawa dan berbahasa Sanseketa yaitu:
- prasasti tugu
- prasasti lebak
- prasasti pasir awi
- prasasti jambu
- prasasti muara ciaruten
– prasasti kebon kopi
dari prasati di atas di katakan bhwa raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara
adalah Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan sangat memperhatikan
kemakmuran rakyatnya. sumber bukti lainnya adalah kerajaan ini adalah berita
dari seorang pendeta budha dan cina yang bernama fa hien.
3. Kerajaan Melayu
Mengenai kerajaan ini diperkirakan sekitar daerah jambi seorang raja yang
sering disebut adalah adityawarman. sementaramenurut berita cina, pendeta
I-Tsing setelah belajar di Sriwijaya kemudian ia pergi ke Moloyu.
4. Kerjaan Sriwijaya (7 M)
kerajaan sriwijaya ini terletak di palembang, sumatra selatan. bukti
adanya kerajaan ini dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf
pallawa, yaitu : prasasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang
berahi, prasasti Kedukan Bukti dan prasasti Telaga Batu. dari prasasti proses
tersebut diketahui bahwa kerajaan sriwijaya beragam budha dan merupakan
kerajaan yang besar dan makmur dengan ouncak kejayaan pada masa raja
balaputradewa.
5. Kerajaan Majapahit
terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan ini yaitu
raden wijaya. pada masa pemerintahan tri buwana tungga dewi diangkat seorang
maha patih bernama Gajah Mada. penganti pemeritahani ini adalah raja hayam
wuruk yang dibantu oleh patih gajah mada dengan sumpah palapa dan berhasil
menyatukan nusantara di bawah kerajaan majapahit.
kerutuhan kerajaan majapahit anatara lain :
- adanya perkembangkan islam dari kerajaan demak
- banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri
- lemahnya raja-raja pengganti hayam wuruk
- mundurnya perekonmian akibat perang saudara
- adanya perang paregreg / perang saudara
6. Kerjaan Bali
Dalam prasasti sanur yang berangka 914 M, diceritakan bahwa raja yang
memerintah merupakan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang Bubat
antara majapahit dengan pajajaran.
7. kerajaan Kediri (abad 12 M)
Berdiri di daerah daha, kediri, jawa timur. raja yang terkenal raja
jayabaya. sedangkan menurut sumber dari cina bahwa kerajaan kediri merupakan
kerajaan yang aman, tentram dam makmur.
8. Kerajaan Medang (abad 10 M)
terletak di sekitar sungai Brantas dekat kota jombang, jawa timur.
kerajaan ini merupakan pindahan dari kerajaan matram kuno yang mengalami
kehancuran. pendiri kerajaan ini adalah mpu sindok yang menamakan dirinya
dinasti isyana.
9. Kerajaan Singosari (abad 13)
Muncul setelah adanya perang ganter 1222 M. dalam perang ini akhirnya
raja kertajaya yang otoriter dari kerajaan kediri kalah melawan para brahmana
yang dibantu oleh ken arok. kerajaan kediri kalah dan berdirilah kerajaan
singosari dengan raja ken arok adan bergelar kertarejasa.
10. Kerajaan Mataram Kuno/Hindu (abad 8 M)
letak kerajaan ini dekat magelang, jawa tengah. hal ini dibuktikan dengan
adanya prasasti canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini pernah di
perintah oleh dinasti sanjaya dan dinasti syailendra.
11. Kerajaan Sunda
letak kerajaan di pakuan pajajaran kemudian pindah ke kawali. pada masa
pemerintahan raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang bubaat antara
majapahit dengan pajajaran.
C. Peningkatan Kebudayaan Terpenting
kebudayaan terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi :
1. Bangunan Candi
a. Jenis Candi di Indonesia, Yaitu Candi Hindu dan Budha
b. Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu berfungsi sebagai tempat
pemakaman dan fungsi menurut agama Budha sebagai tempat upacara keagamaan
c. Kelompok candi berdasarkan langgamnya, yaitu :
- Candi Jawa Tengah bagian utara
- Candi Jawa Tengah bagian selatan
- Candi Jawa Timur
perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain :
Candi jawa barat :
- Bangunan Candi terbuat dari batu bara
- Relief candi simbolis
- Atap candi seperti pohon cemara
- Arah candi menghadap ke barat
- Bentuk candi ramping dan tinggi
- Induk candi menjorok ke belakang
candi Jiwa Tengah :
- Bangunan candi terbuat dari batu andesit (batu kali)
- Relief candi realis
- Atap candi berundak-undak
- Arah candi menghadap ke timur
- Bentuk candi tambun
- Induk candi tepat di tengah
2. Patung Dewa
Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa diwujudkan dalam bentuk patung
3. Sastra
Hasil peninggalan bidang sastra antara lain Ramayana, Mahabarata, Barata
Yuda dll.
4. Seni Ukir
Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan mengangumkan pada relief-relief
bangunan candi.
5. Barang-barang logam
Barang atau benda yang terbuat dari logam dan perunggu yang indah di
antaranya, arca, lampu gantung, genta, mangkok, jambangan dan tempat dupa untuk
upacara agama. dan masih banyak lagi peninggalan yang berupa seni lainya.
D. Runtuhnya Kebudayaan Hinduh-Budah di Inonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Budah antara lain :
a. Adanya perang Paragrag di Majapahit
b. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri kerajaan sriwijaya maupun
Majapahit
c. Berkembangnya syiar agama Islam yang berhasil menarik simpati
masyarakat
d. Kerajaan Islam Demak berkembang pesat, sementara Sumatra juga
berkembang pesat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
- Masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat
dapat menimbulkantiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi,
berjauhan, atau salah satu hancur. Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua
kebudayaan atau lebih yang melakukan kebudayaan baru. Dalam perkembangan
kehidupan masyarakat Nusantara ketika terjalin hubungan dagang antara India,
Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya.
Akulturasi budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara
damai melahirkan budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara.
Menghadapi proses akulturasi tersebut, menurut para ahli, bangsa Indonesia
bersikap pasif maupun aktif. Pada awalnya bersikap pasif menerima ajaran-ajaran
baru, di kemudian hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya ke luar
negeri dan mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran.
Proses akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara
kedua agama tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang
dikenal sebagai Syiwa Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang
merupakan perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan
keseimbangan. Aliran ini berkembang pesat pada abad ke-13 M. Penganutnya,
antara lain, Raja Kertanegara dan Adityawarman.
Akulturasi budaya paling mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti
seni rupa, seni sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan
material. Akulturasi budaya ini juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara
ritual. Pelaksanaan proses akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan, agamawan,
arsitek, sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni
bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi.
Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama
Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam Adapun dalam agama
Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
|
Candi Borobudur
Salah Satu Candi Bercorak Buddha |
Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu
jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah
macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat
jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya.
Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di
atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan
raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu
lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu
jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa. Bangunan candi
terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a. Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki
candi inilah ditanam pripih.
b. Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan.
Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung
sisi selatan berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung
belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya
diubah.
c. Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan
pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada
sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai
merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih
dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah
arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa.
Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi
Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh,
candi Dieng, candi Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi
Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara
lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu,
candi Sari, dan candi Muara Takus.
Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut.
a. Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan
(lereng Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah
(Gianyar, Bali).
b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat
sepuluh candi yang dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c. Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk.
Contoh candi semacam ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan
candi Jedong.
d. Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua
untuk jalan keluar masuk.
Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha
dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir
umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru,
tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung
adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada
candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang
menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur
melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal
maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru
(utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak
dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda.
Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru
(semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari.
Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita
tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief
tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan
objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah
bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga
dimensi. Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa
Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan
tiga dimensi.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
|
Relief candi Roro Jongrang
Yang Mengisahkan Cerita Ramayana |
a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan
perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana
mencari ilmu).
b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan
Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja
pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha kini dapat kita saksikan
di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa
Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung
Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia
dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita
Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid
(parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa)
yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka.
Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari
antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan
besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa
Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal
jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM
sampai 400 M.
Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid
(kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi
perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik
oleh Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya)
itu mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu,
Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh
kakaknya karena bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut
menimbulkan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita,
Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.
Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita
asli India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang
seolah-olah terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan
(Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam
literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan
cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang
dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan
pandangan-pandangannya.
Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
adalah perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke
Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan
pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh
Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan.
Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya
kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan.
Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya
Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai,
Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan
Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun
kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga),
Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan
Buddha terbesar di Indonesia.
Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih
menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses
akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan
agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan
sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya
adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan
menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak
diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana
asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu
cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan
wangi-wangian lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis
rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh, serta hasil-hasil kerajinan dan
berbagai jenis binatang khas yang unik. Awalnya, pedagang-pedagang dari India
yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang
antara Indonesia –India – Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa
perkembangan ini akibat dari sikap terbuka dan bersahabat dengan orang asing
serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini
pula yang memungkinkan agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia.
Dalam berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5
Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim
internasional Asia. Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi
transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang
mampir ke Indonesia pada abad ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan
menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia
memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski baru terbatas pada pulau-pulau
yang berdekatan.
Alat transportasi yang digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil.
Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya,
Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapal-kapal yang
lebih besar dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih
jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan
internasional dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang
dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis
kapal yang digambarkan dalam relief tersebut adalah perahu lesung, kapal besar
tidak bercadik, dan kapal bercadik.
Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik
kerajaan. Namun, pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang
hidup dalam lingkup kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak
anggaduh, artinya rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu
dapat dipindahtangankan kepada rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama
dan hak anggaduh tersebut dapat digunakan secara turun temurun. Akan tetapi,
jika sewaktu-waktu raja memintanya kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian
candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat
tidak dapat menolak.
8. Sistem
pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan
biaya. Biaya ini diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak
kepada rakyat. Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat daerah dari desa-desa
yang ada di wilayahnya. Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan
pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada petugas khusus yang bertugas mencatat luas
tanah di wilayah kerajaan untuk dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak
yang wajib dipungut. Rakyat diwajibkan untuk membayar pajak tepat waktu.
9. Tenaga
kerja
Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya
yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa itu,
kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja dianggap
sebagai penjelmaan dewa di bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu,
rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja.
Pada masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi
Hindu-Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam
berbagai sektor sebagai berikut.
a. Sistem struktur sosial masyarakat
Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor
kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial
masyarakatnya. Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian
kasta pada masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak
seperti yang ada di India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan
masyarakat melalui tingkatan tingkatan kehidupan masyarakat dan berlaku turun
temurun. Hal ini untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat Indonesia.
Sementara itu, di India perbedaan sistem kasta sangat mendasar sebab untuk
membedakan status sosial antara golongan Arya dan Dravida.
Pada masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian
kelompok masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal
di wihara-wihara dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi
mulai ditinggalkan. Kelompok masyarakat yang lain adalah kelompok masyarakat
umum, yakni kelompok masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem
dan struktur masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha
berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak
bergantung pada kelautan. Sriwijaya banyak menguasai jalur-jalur dan pusat
perdagangan maka Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar dan penting, karenanya
menjadi kerajaan nasional yang pertama di Nusantara.
Kerajaan Mataram Hindu terdiri atas daerah pusat yang dikenal dengan ibu
kota kerajaan (tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta
pejabat tinggi kerajaan) dan daerah watak, yaitu daerah yang dikuasai para
rakai atau pamgat yang berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang
berkedudukan turun-temurun.
b. Pemerintahan
Sebelum pengaruh Hindu ke Nusantara, bangsa Indonesia sudah mengenal
sistem pemerintahan, yakni dari seorang kepala suku dikenal bentuk kesukuan,
seorang kepala suku menduduki jabatannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki,
maka ia pemimpin yang dipilih oleh kelompok sukunya secara demokratis. Mereka
memiliki kelebihan dalam anggota kelompoknya.
Masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia membawa
pengaruh yakni mulai lahirnya kerajaan. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia
adalah Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman. Raja berkuasa secara turun
temurun sehingga keluarga raja memiliki kehormatan di tengah-tengah masyarakat
negara. Raja memiliki kekuasaan tunggal, tidak ada lembaga yang mampu
menandingi kekuasaan raja.
c. Kesenian
Perkembangan bidang kesenian tampak sekali dalam seni bangunan, seni
rupa, dan seni sastra.
1) Seni bangunan yakni adanya bangunan candi Hindu dan candi Buddha yang
banyak ditemukan di Nusantara. Dasar pembangunan candi berasal dari zaman
megalitikum sehingga candi-candi yang ada di Nusantara memiliki bentuk bangunan
yang megah serta punden berundak seperti yang tampak pada candi Borobudur.
2) Seni rupa, seni lukis yang masuk ke Nusantara berkembang, ditandai
dengan ditemukannya patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun Kutai, dan
patung Buddha berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sulawesi, adanya hiasan
perahu yang menunjukkan majunya seni di Nusantara saat itu serta pada dinding
candi Prambanan kita jumpai relief Ramayana.
3) Dalam bidang sastra, seni sastra Hindu banyak kita jumpai pada
prasasti-prasasti serta kitab-kitab sastra. Banyak prasasti di Nusantara
menggunakan bahasa Sanskerta bahkan kitab-kitab sastra zaman Hindu dominan
menggunakan bahasa tersebut dan tulisan Palawa.
d. Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan
budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia
sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan
baik yang terbuat dari batu atau logam.
Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan
candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh
lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan
demikian, bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
e. Perkembangan pendidikan
Pendidikan berkembang pesat setelah adanya pengaruh Hindu, yakni
masyarakat mendapat pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha.
Mereka ada yang berguru kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau
berada di tempat khusus seperti wihara-wihara. Kaum Brahmana yang memberikan
pendidikan serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah
membuka tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah,
masyarakat Indonesia mendapatkan berbagai pengetahuan yang diajarkan para
Brahmana.
Sejarah dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
A. Ajaran Hindu dan Budha
1. Hindu
Agama Hindu pada merupakan sinkretisme (perpaduan) antara kepercayaan
bangsa Dravida, yang merupakan penduduk asli India, dengan bangsa Arya, yang
merupakan bangsa pendatang dari Asia Tengah yang berhasil menaklukkan bangsa
Dravida sekitar tahun 1500 SM. Agama Hindu mempunyai konsep politheisme yaitu
menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama dari umat Hindu adalah dewa Brahma (dewa
pencipta), dewa Wisnu (dewa pemelihara) dan dewa Syiwa (dewa perusak) yang
ketiganya biasa disebut Tri Murti. Salah satu pokok dalam ajaran Hindu adalah
konsep reinkarnasi atau dilahirkan kembali sebagai penebusan dosa karena masih
banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Jadi
tujuan dari manusia hidup di dunia adalah moksha atau tidak dilahirkan kembali
dan tinggal di nirwana yang penuh kenikmatan.
Agama Hindu berpedoman pada kitab suci Weda, Brahmana dan Upanisad.
a. Kitab Weda terdiri dari empat himpunan (Samhita).
1. Regweda, berisi puji-pujian terhadap
dewa.
2. Samaweda,berisi nyanyian-nyanyian suci
yang slokanya diambil dari Regweda.
3. Yayurweda, berisi penjelasan tentang
sloka-sloka yang diambil dari Regweda.
4. Atharwaweda,berisi mantra-mantra yang
digunakan untuk berbagai keperluan seperti (sihir, ilmu gaib, mengusir
penyakit, menghancurkan musuh, mengikat cinta, serta memperoleh kedudukan dan
kekuasaan).
b. Kitab Brahmana adalah kitab suci yang terdiri
keterangan tentang upacara sesaji.
c. Kitab Upanisad adalah kitab suci yang berisi ajaran
ketuhanan dan makna hidup.
Dalam agama Hindu masyarakat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang
mempunyai hak dan peranan yang berbeda-beda, yaitu :
a. Kasta Brahmana, terdiri atas para pendeta.
b. Kasta Ksatria, terdiri atas para raja dan
bangsawan.
c. Kasta Waisya, terdiri atas para pedagang
dan kaum buruh menengah.
d. Kasta Sudra, terdiri atas para petani, buruh
kecil dan budak.
Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi,
Nyepi, dan Siwaratri.
2. Budha
Pada awalnya Budha merupakan salah satu aliran dalam agama Hindu yang disebut
budhisme. Budhisme dimunculkan dan dikembangkan oleh Sidharta Gautama sebagai
protes atas ketidakadilan sistem kasta dalam masyarakat Hindu, dimana
kasta rendahan mengalami ketidakadilan. Sidharta sebenarnya masuk dalam kasta
ksatria karena merupakan putra dari Raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu.
Tetapi kemudian dia meninggalkan semua kemewahan istana dan menjadi pertapa
setelah dia melihat kehidupan di luar istana yang sangat memprihatinkan. Dalam
pertapaannya dia memperoleh bodhi dan disebut Sang Budha (yang disinari).
Umat Budha mempunyai kitab suci yang disebut Tripitaka yang berarti tiga
keranjang. Isi dari kitab Tripitaka adalah :
a. Winayapitaka, berisi tentang
peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha.
b. Sutrantapitaka, berisi wejangan
sang Budha.
c. Abdidharmapitaka, berisi
keterangan dan penjelasan tentang agama Budha.
Umat Budha meyakini bahwa manusia hidup di dunia berada dalam
kesengsaraan (samsara), oleh karena itu kesengsaraan dapat dihentikan dengan
mengamalkan astavidha (delapan jalan) yaitu : Ajaran yang benar; Niat yang
benar; Perkataan yang benar; Perbuatan yang benar; Penghidupan (mata
pencaharian) yang benar; Usaha (daya upaya) yang benar; Perenungan yang benar;
Samadi (bersemedi) yang benar.
Dalam perjalanannya, ajaran Budha terpecah menjadi 2 aliran yaitu :
a. Budha Hinayana (kendaraan kecil)
Aliran ini berpendapat bahwa setiap orang harus berusaha sendiri-sendiri
untuk masuk nirwana tanpa pertolongan orang lain. Hal itu sesuai dengan ajaran
Budha pada awalnya.
b. Budha Mahayana (kendaraan besar)
Aliran ini berpendapat sebaiknya manusia berusaha bersama-sama dan saling
membantu dalam mencapai nirwana.
Umat Budha merayakan hari raya Triwaisak yaitu peringatan kelahiran, turunnya
Bodhi dan kematian Sang Budha.
B. Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia
Proses masuknya kebudayaan Hindu dan Budha berlangsung sangat panjang.
Keterlibatan berbagai pihak sangatlah menentukan perkembangan kebudayaan ini.
Mulai dari pedagang, tokoh agama bahkan hingga orang biasa.
Menurut Van Leur dan Wolters, hubungan dagang Indonesia dan India lebih
dahulu berkembang daripada hubungan dagang yang dilakukan Indonesia dan Cina.
Terlibatnya Indonesia dalam kegiatan perdagangan, berakibat terjadinya
akulturasi kebudayaan, terutama dengan budaya India, yaitu agama Hindu dan
Budha. Dari hubungan perdagangan tersebut, muncul beberapa teori mengenai
proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.
a. Teori Brahmana
Teori ini mengungkapkan bahwa kebudayaan Hindu dan Budha menyebar ke
Indonesia di bawa kaum brahmana. Kemungkinan teori ini adalah yang paling
benar, hal ini terbukti dengan ditemukannya Yupa Kutai yang menyebutkan bahwa
penyebaran ajaran Hindu dilakukan melalui upacara keagamaan, dan hal ini hanya
dapat dilakukan oleh para brahmana. Pendukung teori ini adalah J.C. van Leur.
b. Teori Ksatria
Teori ini mengungkapkan bahwa agama Hindu dan Budha menyebar ke Indonesia
karena pengaruh dari para bangsawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya koloni
baru yang dibentuk orang India di Indonesia. Di tempat barunya para bangsawan
menyebarkan agama dan budaya Hindu-Budha. Pendukung teori ini adalah C.C.
Berg dan Majumdar.
c. Teori Waisya
Teori ini menyatakan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui
hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para pedagang dari India banyak
yang menetap di Indonesia yang kemudian jalinan hubungan itu telah membuka
peluang bagi terjadinya proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha. Pendukung
teori ini diantaranya N. J. Krom dan Purbacaraka.
d. Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang terjadi di India telah
menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Kemudian mereka meninggalkan
India mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar diduga golongan Sudralah
yang memberi andil besar dalam penyebaran budaya/agama Hindu ke nusantara.
e. Teori Arus Balik
Teori ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch, Bosch meyakini bahwa orang
Indonesialah yang paling berperan dalam penyebaran Hindu-Budha di nusantara.
Setelah di awali orang-orang India, penduduk Indonesia yang ingin tahu lebih
dalam tentang ajaran Hindu-Budha langsung berlayar ke india untuk belajar.
Kemudian setelah pulang ke indonesia mereka menyebarkan apa yang sudah mereka
pelajari. Teori berdasar pada ditemukannya arca Budha di Sempaga, Sulawesi
Selatan, yang sangat mirip dengan arca yang dibuat di Amarawati (India).
C. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu-Budha
Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia
1. Bidang agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di nusantara telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem
kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha. Sejak berinteraksi dengan
orang-orang India budaya baru tersebut membawa perubahan pada beragama.
Misalnya, dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat
peribadatan).
2. Bidang sosial
Dalam bidang ini kebudayaan India mempengaruhi pada sistem pemerintahan
dan kemasyarakatan. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu
dengan kepemilikan wilayah. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak
menduduki kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan seperti,
Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain.
3. Bidang seni
Pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha ini dapat berupa relief, sastra.
Untuk seni relief banyak dijumpai hiasan-hiasan pada dinding candi yang sesuai
dengan unsur India. Di bidang seni sastra, terlihat pada penggunaan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Adanya cerita Mahabarata
dan Ramayana yang bersumber pada kebudayaan India. Selain itu adapun
kitab-kitab yang dihasilkan oleh para pujangga Indonesia seperti: Arjunawiwaha
(Mpu Kanwa); Sutasoma (Mpu Tantular); Negarakertagama (Mpu Prapanca).
4. Bidang bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti
yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya
diri dengan bahasa Sansekerta. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang
merupakan hasil serapan dari bahasa sansekerta, seperti: Pancasila, Dasa
Dharma, Kartika Eka Paksi, dan Parasamya Purnakarya Nugraha.
5. Bidang pendidikan
Dalam bidang ini kaum brahmana merupakan kelompok yang mempunyai
pengaruh, karena yang memberikan ilmu dalam masyarakat. I-Tsing mengungkapkan
bahwa di Kerajaan Sriwijaya telah didirikan sekolah setaraf perguruan tinggi
yang menampung biarawan untuk belajar agama Budha.
Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar
yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua
negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu
lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut.
Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka.
Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera,
serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
- Sering dikunjungi
bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan melakukan
hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan dengan
bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh asing masuk
ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran
internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara
pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya
Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses
masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari
penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara
keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu
dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India
sering terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang
kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya,
diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang
kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di
tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch
adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari
kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya.
Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran
budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan
India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan
sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh
orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia
adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan).
Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang
dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut
merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama
Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa
Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu
memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad
ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah
dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem
kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan
orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan
keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk
tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam
sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan
wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk
kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak.
Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan
candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya
berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
4. Bahasa
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti
yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya
diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang
merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma,
Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam
bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan
Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk
menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
- Arjunawiwaha, karya
Mpu Kanwa,
- Sutasoma, karya Mpu
Tantular, dan
- Negarakertagama, karya
Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu
terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau
“himpunan” yaitu:
- Reg Weda, berisi syair
puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda, berisi
nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur Weda, berisi
mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa Weda, berisi
doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab Brahmana, berisi
ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab Upanishad,
berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya
Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
- Dewa Brahmana, sebagai
dewa pencipta.
- Dewa Wisnu, sebagai
dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa, sebagai
dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra
pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang
berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu
masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna
yaitu:
- Kasta Brahmana,
terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria, terdiri
dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta Waisya, terdiri
dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta Sudra, terdiri
dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu
orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares
sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat
mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang
ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
- Winayapittaka : Berisi
peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
- Sutrantapittaka :
Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka :
Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha yaitu berbakti
kepada Buddha.
- Dharma yaitu berbakti
kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga yaitu berbakti
kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8
(delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
- Pandangan yang benar.
- Niat yang benar.
- Perkataan yang benar.
- Perbuatan yang benar.
- Penghidupan yang
benar.
- Usaha yang benar.
- Perhatian yang benar.
- Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya
menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha Hinayana,
yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana,
yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling
membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat
yaitu:
- Kapilawastu, yaitu
tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh Gaya, yaitu
tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/ Benares,
yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
- Kusinagara, yaitu
tempat wafatnya Sang Buddha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar